Rabu, 07 April 2010

TUGAS III - B. Indonesia 1

TUGAS III

Dua persyaratan pokok yang harus diperhatikan dalam memilih kata (diksi), yaitu ketepatan dan kesesuaian.
Sebutkan dan jelaskan unsur-unsur yang menjadi bagian dari kedua syarat pokok tersebut.

Jawab

Persyaratan Pokok dalam memilih kata (diksi) adalah :

1. Ketepatan memilih kata

maksudnya yaitu mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca
atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara.

Persyaratan Ketepatan Diksi :

a. Membedakan secara cermat denotasi dari konotasi.
Dari dua kata yang mempunyai makna yang mirip satu sama lain ia harus
menetapkan mana yang akan dipergunakannya untuk mencapai maksudnya. Kalau
hanya pengertian dasar yang diinginkannya, ia harus memilih kata yang
denofatif; kalau ia menghendaki reaksi emosional tertentu, ia harus memilih
kata konotatif sesuai dengan sasaran yang akan dicapainya itu.

b. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim.
Seperti telah diuraikan di atas, kata-kata yang bersinonim
tidak selalu memiliki distribusi yang saling melengkapi. Sebab itu, penulis
atau pembicara harus berhati-hati memilih kata dari dari sekian sinonim yang
ada untuk menyampaikan apa yang diinginkannya, sehingga tidak timbul
interpretasi yang berlainan.

c. Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya.
Bila penulis sendiri tidak mampu membedakan kata-kata yang mirip ejaannya itu,
maka akan membawa akibat yang tidak diinginkan, yaitu salah paham. Kata-kata
yang mirip dalam tulisannya itu misalnya: bahwa--bawah--bawa, interfensi--
inferensi, karton--kartun, preposisi--proposisi, korporasi--koperasi, dan
sebagainya.

d. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri.
Bahasa selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan dalam
masyarakat. Perkembangan bahasa pertama-tama tampak dari pertambahan jumlah
kata baru. Namun hal itu tidak berarti bahwa setiap boleh menciptakan kata
baru seenaknya. Kata baru biasanya muncul untuk pertama kali karena dipakai
oleh orang-orang terkenal atau pengarang terkenal. Bila anggota masyarakat
lainnya menerima kata itu, maka kata itu lama-kelamaan akan menjadi milik
masyarakat.
Neologisme atau kata baru atau penggunaan sebuah kata lama dengan makna dan
fungsi yang baru termasuk dalam kelompok ini.

e. Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing, terutama kata-kata asing yang
mengandung akhiran asing tersebut. Perhatikan penggunaan : favorable--favorit,
idiom--idiomatik, progres--progresif, kultur--kultural, dan sebagainya.

f. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis: ingat
akan bukan ingat terhadap; berharap, berharap akan, mengharapkan bukan
mengharap akan; berbahaya, berbahaya bagi, membahayakan sesuatu bukan
membahayakan bagi sesuatu; takut akan, menakuti sesuatu (lokatif).

g. Untuk menjamin ketepatan diksi, penulis atau pembicara harus membedakan kata
umum dan kata khusus. Kata khusus lebih tepat menggambarkan sesuatu daripada
kata umum. Kata umum dan kata khusus dibedakan berdasarkan luas tidaknya
cakupan makna yang dikandungnya.
Bila sebuah kata mengacu kepada suatu hal atau kelompok yang luas bidang
lingkupnya maka kata itu disebut kata umum.
Bila ia mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang khusus dan kongret maka kata-
kata itu disebut kata khusus. Dalam ilmu semantik,
kata umum yang mencakup sejumlah istilah khusus ini disebut superordinal
sedangkan istilah-istilah khusus yang dicakupnya disebut hiponim.

h. Mempergunakan kata-kata indria yang menunjukkan persepsi yang khusus.
Suatu jenis pengkhususan dalam memilih kata-kata yang tepat adalah
penggunaan istilah-istilah yang menyatakan pengalaman-pengalaman yang dicerap
oleh pancaindria, yaitu cerapan indria penglihatan, pendengaran,
peraba,perasa, dan penciuman. Karena kata-kata ini menggambarkan pengalaman
manusia melalui pancaindria yang khusus,
maka terjamin pula daya gunanya, terutama dalam membuat deskripsi.

i. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
Ketepatan suatu kata untuk mewakili suatu hal, barang atau orang,
tergantung pula dari maknanya, yaitu relasi antara bentuk (istilah) dengan
pengarahannya (referennya). Perubahan makna itu tidak saja mencakup bidang
waktu, tetapi dapat juga mencakup persoalan tempat. Sebuah kata dengan arti
yang mula-mula dikenal oleh semua anggota masyarakat bahasa, pada suatu waktu
akan bergeser maknanya pada suatu wilayah tertentu, sedangkan wilayah-wilayah
lainnya masih tetap mempertahankan makna yang asli.

j. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata, yang dimaksud dengan kelangsungan
pilihan kata adalah teknik memilih kata yang sedemikian rupa, sehingga maksud
atau pikiran seseorang dapat disampaikan secara tepat dan ekonomis.
Kelangsungan dapat terganggu bila seorang pembicara
atau pengarang mempergunakan terlalu banyak kata untuk suatu maksud yang dapat
diungkapkan secara singkat, atau mempergunakan kata-kata yang kabur, yang bisa
menimbulkan ambiguitas (makna ganda).

2. Kesesuaian Pilihan Kata

Maksudnya yaitu mempersoalkan apakah pilihan kata dan gaya bahasa yang dipergunakan tidak merusak suasana atau menyinggung perasaan orang yang hadir.

Persyaratan Kesesuaian Diksi :

a. Hindarilah sejauh mungkin bahasa atau unsur substandar dalam suatu situasi
yang formal.
Bahasa nonstandar adalah bahasa dari mereka yang tidak memperoleh kedudukan
atau pendidikan yang tinggi. Pada dasarnya, bahasa ini dipakai untuk pergaulan
biasa, tidak dipakai dalam tulisan-tulisan.
Kadang-kadang unsur nonstandar dipergunakan juga oleh kaum terpelajar dalam
bersenda gurau, berhumor, atau untuk menyatakan sarkasme atau menyatakan
ciri-ciri kedaerahan. Bahasa nonstandar dapat juga berlaku untuk suatu wilayah
yang luas dalam wilayah bahasa standar tadi. Bila demikian
bahasa nonstandar itu disebut bahasa substandar.

b. Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja.
Dalam situasi yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata
populer. Tidak semua orang yang menduduki status sosial yang tinggi
mempergunakan gaya yang sama dalam aktivitas bahasanya. Mereka akan
mempergunakan beberapa macam variasi pilihan kata sesuai dengan kesempatan
yang dihadapinya. Pilihan kata dalam hubungan dengan kesempatan yang dihadapi
seseorang dapat dibagi atas beberapa macam kategori sesuai dengan
penggunaannya. Salah satu diantaranya adalah kata-kata ilmiah lawan kata
populer.

c. Hindarilah Jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.
Kata jargon mengandung beberapa pengertian. pertama-tama jargon mengandung
makna suatu bahasa, dialek, atau tutur yang dianggap kurang sopan atau aneh.
Tetapi istilah itu dipakai juga untuk mengacu semacam bahasa atau dialek
hibrid yang timbul dari percampuran bahasa-bahasa, dan sekaligus dianggap
sebagai bahasa perhubungan atau lingua franca. Makna yang ketiga mempunyai
ketumpangtindihan dengan bahasa ilmiah. Dalam hal ini, jargon diartikan
sebagai kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, dalam
bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompok-kelompok khusus
lainnya. Oleh karena jargon merupakan bahasa yang khusus sekali, maka
tidak akan banyak artinya bila dipakai untuk suatu sasaran yang umum. Sebab
itu, hendaknya dihindari sejauh mungkin unsur jargon dalam sebuah tulisan umum.

d. Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-kata slang.
Kata-kata slang adalah semacam kata percakapan yang tinggi atau murni.
Kata slang adalah kata-kata nonstandar yang informal, yang disusun secara
khas; atau kata-kata biasa yang diubah secara arbitrer;atau kata-kata
kiasan yang khas, bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan.
Kadangkala kata slang dihasilkan dari salah ucap yang disengaja, atau
kadangkala berupa pengrusakan sebuah kata biasa untuk mengisi suatu bidang
makna yang lain.

e. Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan.
Yang dimaksud dengan kata percakapan adalah kata-kata yang biasa dipakai dalam
percakapan
atau pergaulan orang-orang yang terdidik. Termasuk di dalam kategori ini
adalah ungkapan-ungkapan umum dan kebiasaan menggunakan bentuk-bentuk
gramatikal tertentu oleh kalangan ini. Pengertian percakapan di sini sama
sekali tidak boleh disejajarkan dengan bahasa yang tidak benar, tidak
terpelihara atau yang tidak disenangi.
Bahasa percakapan yang dimaksud di sini jauh lebih luas cakupannya dari
pengertian kata-kata populer dan konstruksi-konstruksi idiomatis. Disamping
kata-kata populer dan konstruksi-konstruksi idiomatis, kata-kata percakapan
mencakup pula sebagian dari kata-kata ilmiah atau kata-kata yang tidak umum
(slang)yang biasa dipakai oleh golongan terpelajar saja. Suatu bentuk dari
bahasa percakapan adalah singkatan-singkatan misalnya dok, prof, kep, masing-
masing untuk dokter, profesor, dan kapten. Seperti halnya dengan kata-kata
lainnya, kata-kata percakapan ini bisa meresap ke lapisan-lapisan yang lebih
rendah karena sering dipakai.

f. Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati).
Biasanya idiom disejajarkan dengan pengertian peribahasa dalam bahasa
Indonesia. Sebenarnya pengertian idiom itu jauh lebih luas dari peribahasa.
Yang disebut idiom adalah pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-
kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frasa, sedangkan artinya tidak
bisa diterangkan secara logis atau secara gramatikal, dengan bertumpu pada
makna kata-kata yang membentuknya.

g. Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artifisial.
Yang dimaksud bahasa artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni. Bahasa
yang artifisial tidak terkandung dalam kata yang digunakan, tetapi dalam
pemakaiannya untuk menyatakan suatu maksud. Fakta dan pernyataan-pernyataan
yang sederhana dapat diungkapkan dengan sederhana dan langsung tak perlu
disembunyikan.


Referensi : Diksi dan Gaya Bahasa (Gorys Keraf)


-------------------------------------

LIS SETIAWATI
27209017
2EB10
BAHASA INDONESIA I

Tidak ada komentar:

Posting Komentar