Kamis, 22 April 2010

Cerpenku

DIARY PUTRI KECILKU

Hari/Tanggal : Senin/16 Nopember 2009

.....Pagi-pagi aku udah dibangunin mama untuk sholat subuh, sambil ngantuk aku sholat subuh bareng sama kakakku yang suka ngambek kalau dibangunin pagi-pagi. Setelah selesai sholat aku langsung nonton TV pagi yang selalu ada film kartun kesukaanku sambil menunggu mama nyiapin sarapan pagi. Jam 6 aku mandi, abis mandi dan pakai baju rapi aku sarapan pagi disuapin mama. Selesai sarapan aku bersiap-siap berangkat ke sekolah yang selalu diantar sama papa. Dari jam 7.00 sampai jam 14.30 aku belajar di sekolah, lalu selesai dari sekolah aku langsung ke tempat les sampai jam 5 sore sama mbakku yang selalu setia menunggu dan menjemputku. Sampai di rumah aku langsung mandi lalu makan sore sambil menunggu adzan maghrib. Setelah sholat maghrib aku mengaji bersama guru ngajiku sampai jam 8 malam. Sambil menunggu mama pulang aku menonton TV dengan mata ngantuk. Jam 9 malam mama baru pulang dan aku langsung mengajak mama tidur. Itulah yang setiap hari aku lakukan, kadang-kadang aku bosan, ketemu mama cuma sebentar sekali...itupun pagi-pagi, setiap hari kalau pulang sekolah cuma ketemu mbak aja.....

Hari/Tanggal : Sabtu/21 Nopember 2009

Kegiatan
1. Kegiatan Papa : mengantar/menjemput les (kalau sedang libur kerja)
2. Kegiatan Mama : kuliah + main laptop buat tugas
3. Kegiatan Ade : les matematika diantar/dijemput papa atau naek ojek
4. Kegiatan Mas : les matematika + bahasa Inggris diantar/dijemput papa/ojek
5. Kegiatan Mbak : memasak

Senyumku tak terasa diiringi airmata, aku tersenyum karena senang melihat buah hatiku sudah pandai menulis diary, disatu sisi yang membuat airmataku mengalir adalah makna dari isi diary itu sungguh-sungguh sangat menunjukkan bahwa ia rindu akan mamanya yang jarang sekali ada disampingnya. Ada rasa penyesalanku dalam hati karena harus meninggalkannya demi kesibukanku, namun aku tidak punya solusi untuk mengatasinya. Semua yang ditulis putriku dalam diarynya adalah apa yang ia rasakan sehari-hari tanpa ada konfirmasi ataupun tanya jawab dengan keluarganya. Semua kejadian mudah terekam olehnya, itulah yang membuatku sedikit kaget dan terharu setelah membacanya.
"Mama...... aku dapat tugas dari bu guru untuk menulis kegiatanku sehari-hari di buku diary nanti dikumpulin untuk di nilai, mama udah baca ya?" ucapan polos yang dilontarkan gadis kecil berumur 7 tahun setelah melihatku membaca diarynya tanpa ada rasa takut akan menyinggung perasaanku atau memang ia belum mengerti bahwa yang ditulisnya dalam diary sangat membuatku sedih. "Iya de' bagus kok....cuma kalau Ade mau menulis, kata-katanya ditulis pakai bahasa yang bagus ya….apalagi untuk nilai bahasa Indonesia…biar nilainya juga bagus” jawabku menanggapinya dengan positif untuk menghindari kecurigaannya. “Ade” adalah panggilan anakku di rumah karena ia putri bungsu, dan kakaknya biasa dipanggil “Mas”. Mereka berdua selalu bersama-sama dalam hal apapun walaupun terkadang diselingi dengan keributan-keributan kecil yang biasa dilakukan kakak beradik. Rutinitas mereka hampir sama dengan rutinitasku di kantor, karena sejak pagi hingga sore selalu ada kegiatan, belum lagi jika ada tugas dari sekolah untuk dikerjakan di rumah, mereka sama sekali tidak punya waktu untuk bermain di luar rumah. Itulah yang membuat mereka selalu dekat karena di rumah memang hanya ada mereka berdua dan mbak yang menjadi asistenku di rumah untuk mengurus semua keperluan anak-anakku.
Kurang lebih satu setengah tahun setelah aku pindah bagian di kantor, aku merasa jauh lebih sibuk dibanding bekerja di bagian sebelumnya. Pekerjaan yang berhubungan dengan pelayanan pelanggan benar-benar sangat menguras tenaga dan pikiranku karena aku harus memberikan pelayanan terbaik bagi nasabahku dan berkompetensi dengan yang lain untuk mencapai kinerja yang baik dan mendukung kinerja perusahaan agar baik pula. Oleh karena itu aku dituntut oleh perusahaan untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi agar dapat menunjang kemajuan karirku. Setelah ditempatkan di bagian ini aku benar-benar enjoy dalam melakukan pekerjaan, karena hubunganku dengan pihak luar membuat wawasanku menjadi lebih luas.
Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya aku mengambil keputusan meneruskan kuliah yang hanya dapat dilakukan diluar jam kerja. Kebetulan kampus tempat kuliah yang aku pilih tidak jauh dari tempat tinggalku sehingga bisa aku jangkau sejalan dengan arah pulang dari tempat kerja. Karena kelas yang aku ambil ini adalah kelas malam yang waktunya hanya ada kurang lebih 3-4 jam setiap harinya membuat jadwalku semakin padat sehingga setiap hari aku harus hadir, ditambah lagi hari sabtu sejak pagi hingga sore aku juga harus masuk.
Mula-mula suami dan anak-anakku mendukung keputusanku ini, namun setelah berjalan beberapa bulan aku merasa ada yang berubah. Yang pertama kali aku lihat perubahan itu ada pada anak-anak, aku sempatkan melihat nilai harian anak-anakku yang semakin menurun karena tidak pernah belajar, penyebabnya adalah terlalu banyak nonton TV, karena tidak ada yang melarangnya. Aku sudah berusaha mencoba mengatur waktu untuk menemani anak-anak belajar, namun waktu berjalan begitu cepat sehingga benar-benar aku tidak mendapatkan kesempatan untuk membagi kepada mereka, karena jika aku pulang sudah malam mereka sudah mengantuk dan tidak dapat konsentrasi lagi jika diajak belajar.
Suatu ketika aku sempatkan pulang lebih dulu ke rumah sebelum ke kampus dan rencanaku setelah sholat Maghrib baru aku berangkat kembali, dan anak-anak menyambut dengan gembiranya….tapi setelah aku bersiap-siap akan berangkat lagi, aku melihat wajah kecewa dari mereka dan putriku berkata, “mama kok kuliah sih…? Aku sama mas kan lagi ulangan….belajarnya sama siapa dong?”. Sebenarnya aku tidak ingin mereka mendapat nilai buruk dan sejujurnya aku juga berat untuk melangkahkan kaki namun kalau aku tinggalkan kuis hari ini maka nilaiku bagaimana…… Dengan menyembunyikan wajahku aku hanya berkata, “Mas sama Ade baca dulu bukunya dan kerjakan soal-soal latihannya, sebentar lagi papa pulang nanti belajar sama papa ya….” “Yaaa…mama….aku kan maunya belajar sama mama….” Tanpa memperdulikan ucapannya aku langsung pamit berangkat dan mereka seperti biasa meminta untuk cium tanganku dulu dan mengantar sampai pintu pagar. Nampaknya mereka ikhlas aku pergi namun dengan berat hati. Aku tidak pernah lupa menitipkan pesan bahwa mereka tetap harus selalu mendapat nilai yang baik walaupun belajar sendiri. Biarpun aku nekat untuk tetap pergi namun pikiranku tidak pernah konsentrasi pada satu titik, bayangan wajah keluargaku selalu ada di depan mataku, apalagi selama di dalam kelas pun anakku tidak pernah henti-hentinya mengirim sms. Satu sms masuk dari Ade, “mama mas nakal tuh….” lalu masuk lagi sms berikutnya, “bohong ma…ade yang nakal..”, berkali-kali sms masuk belum satupun yang aku respon karena aku sedang konsentrasi dengan dosen di depan, setelah selesai baru aku sempatkan menelpon mereka untuk menanyakan masalahnya, dengan perlahan aku meminta kepada mereka untuk tidak bertikai dan ternyata suaraku ampuh membuat mereka menjadi tenang kembali. Aku menarik kesimpulan bahwa mereka hanya ingin berkomunikasi dengan mamanya. Kulanjutkan lagi kuliahku dan tak lama kemudian masuk lagi sms… “mama pulangnya jam berapa…aku laper nih ga ada cemilan…” dan masuk sms berikutnya, “mama cepetan dong aku ngantuk nih…” berkali-kali mereka mengirim sms yang menurutku kurang penting namun sepertinya penting untuk mereka, dan sebenarnya semua keperluan mereka sudah aku siapkan di rumah dan sudah ku pesan juga pada mbak untuk membantu mereka, namun mereka lebih senang dibantu oleh tangan mamanya daripada dibantu oleh mbak. Sedih rasanya setiap hari aku harus mengalami hal itu.
Tak terasa 1 semester sudah aku lewati dengan menjalani ujian yang benar-benar membuat aku stres, karena harus mencuri waktu di sela-sela pekerjaanku di kantor yang bisa aku pergunakan untuk belajar. Hasilnya nilaiku pun tidak mengecewakan. Dan Alhamdullillah aku lebih bersyukur lagi ternyata raport semester ganjil anak-anakku juga tidak mengecewakan walaupun ada beberapa yang menurun namun masih diatas rata-rata level. Dan yang membuat aku bangga adalah melihat anak sulungku selalu terpilih untuk menjadi duta sekolahnya mengikuti kompetisi matematika di berbagai tempat di luar sekolah, ternyata mereka benar-benar anak-anak yang bertanggung jawab, anak-anak yang mandiri, dan anak-anak yang mengerti akan kesibukan orangtuanya terutama mamanya yang selalu mereka harapkan untuk selalu ada didekatnya.
Suatu ketika aku sempatkan sharing dengan beberapa teman dan membaca beberapa buku, ternyata diluar banyak sekali anak-anak yang bernasib sama dengan anakku. Mereka ditinggal papa mamanya bekerja dan harus melakukan semuanya sendiri hanya dibantu oleh seorang mbak dirumah yang tingkat pendidikannya terbatas. Memang itulah dilema ibu bekerja, satu sisi harus membantu suami mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan pendidikan anak-anak agar mereka mendapatkan yang terbaik untuk masa depannya, satu sisi lagi harus menjalankan kodratnya bahwa seorang ibu berkewajiban mengasuh dan mendidik anak dirumah, sungguh dilema yang sangat berat. Namun perjuangan seorang ibu selalu ada hikmahnya, karena dari sebagian besar anak-anak yang ditinggal oleh ibunya bekerja menjadi anak yang berhasil, karena mereka biasa hidup mandiri, bertanggungjawab, disiplin, dan bisa memanage dirinya seperti yang dicontohkan orangtuanya.
Hanya sepenggal saja dari diary itu yang aku baca rasanya aku sudah dihakimi oleh orang-orang terkasihku. Sampai aku dengar juga dari suamiku, “ma….kerjaannya kok buka laptop terus sih….kita makan apa nih?”, aku hanya bisa menjawab, ”iya nih tugasku belum di upload nanti deh beli rendang sama gule ayam aja di Simpang Raya” terdengar ringan saja buat aku menjawabnya namun aku tahu bahwa suamiku juga kecewa karena aku sudah mulai menjauh dari dapur yang biasanya aku kunjungi setiap hari libur untuk membuat masakan spesial. Semuanya terwakilkan oleh mbak, kewajibanku lebih banyak dilakukan oleh mbak, aku tidak akan melupakan jasa mbak yang sudah bekerja keras di rumahku terutama sudah menemani anak-anakku.
Pada saat seperti ini aku sangat membutuhkan pengertian orang-orang yang kucintai karena yang aku lakukan ini semata-mata bukan karena ego ku saja, namun untuk meraih masa depan yang lebih baik. Kalau memang itu merupakan yang terbaik yang harus aku tempuh Insya Allah akan memberikan hasil yang baik, dan akan ku berikan hasilnya untuk orang-orang yang kucintai. Walaupun lelah, sakit, penat, bingung, dan berbagai rasa yang ada di dalam diriku, tak pernah aku rasakan dan tak pernah aku tampakkan dihadapan keluargaku, semua aku nikmati sendiri. Aku hanya bisa tawakal semoga ujian ini akan cepat berakhir dan membuahkan hasil yang baik.
Perlahan-lahan aku akan mencoba lebih baik lagi dalam memanage waktu, karena waktu sangat berharga dan tidak ada pengulangan atas waktu itu. Sebagian waktu bahagia anak-anakku sudah hilang terkalahkan oleh kesibukan orangtuanya. Sungguh diary putriku itulah yang membuatku menjadi sadar ternyata mereka sangat membutuhkan aku dan aku sangat menyayangi mereka.

Maafkan mama nak.………………………………………

Penulis : Lis Setiawati

2 komentar:

  1. diary putri kecil yang mambuat tenggorokan ini ikut sakit menahan rasa haru, sedih, bangga dan sekarang aq penasaran manunggu kisah sukses yang akan segera di upload selanjutnya dlm blog ini...
    sungguh dilemma terdalam seorang ibu yg menjalani banyak peran, mulai dari ibu rumah tangga, karyawan sekaligus mahasiswa tapi ini sungguh kisah yg wajib siapapun beri toleransi dan pahami bahwa semua demi tujuan mulia agar masa depan anak-anaknya sukses walaupun mungkin seorang anak belum cukup mengerti tapi aq yakin di lubuk terdalam sang anak benar2 menyadari betapa kasih sayang ibu tdk pernah berkurang dan ibu selalu ada dihati mereka, ini sungguh kisah yg banyak dialami tp baru kali ini mendengar benar2 detail perasaaan masing2 tokoh, setelah mebacanya aq yakin tdk lama lg akan ada reward besar untuk keluarga kecil ini terutama kejutan terindah untuk sang bunda yg telah berjuang keras demi masa depan anak2nya...

    teruskan perjuanganmu karena aq telah melihat keberhasilan itu tengah di depan mata..

    kau jg telah menjadi seorang sahabat bagi kami yg selalu tdk segan berbagi ilmu tentang apa saja yang kau miliki, kau jg sering berbagi keberkahan rezeki mu, sungguh dirimu luar biasa bagi kam....

    Alhamdulillah ya ALLAH kau telah memberi seorang sahabat sehebat dia dan aq berharap bisa sekuat dia,aminnn...

    ..u'r friends ^^

    BalasHapus
  2. Amin.....thx ya commentnya...kt adalah makhluk kecil yang hanya bisa berdoa, ikhtiar dan bersyukur........

    BalasHapus